Manusia memiliki kemampuan untuk beradaptasi atau pembiasaan dengan tingkat kehidupan yang dialami, seperti disampaikan Roslina Verauli, M,Psi, psikolog dari Rumah Sakit Pondok Indah.
Misalnya saja dulu ketika Anda menjadi karyawan biasa dengan penghasilan pas-pasan per bulan. Kemudian berandai-andai menjadi manager. Tetapi begitu Anda benar-benar sampai pada posisi tersebut, semuanya tetap berjalan seperti dulu.
“Seiring bertambahnya pendapatan, kebutuhan akan lebih tinggi. Standar kesenangan tidak lagi sama. Mungkin dulu di skala 6 sudah merasa cukup, kini harus di atas 8. Dulu Anda tidak memerlukan polis asuransi, sekarang perlu. Dulu tidak perlu mobil, sekarang perlu. Gaya pakaian pun tak lagi sembarangan. Itulah yang namanya penyesuaian,” terang Roslina.
Namun bukan berarti Anda tidak berhak mendapatkan kebahagiaan. “Setiap orang ingin hidupnya lebih bahagia dari kondisinya saat ini,” terang Ed Denier, psikolog dari University of Illinois.
“Dan itu akan membuatnya baik-baik saja jika setiap orang tahu apa yang sedang mereka lakukan. Namun sayangnya mereka tidak tahu. Banyak orang kurang pandai dalam memprediksi hal-hal seperti apa yang bisa membuat mereka bahagia,” tambah Denier.
Karena itu, baik Roslina maupun Denier sama-sama menyarankan; jangan menunggu sampai Anda memenangkan undian berhadiah atau menjadi manager untuk bisa mendapatkan kebahagiaan. Mulai saat ini putuskan untuk selalu membawa sinar cerah di hari-hari Anda. Bagaimana caranya?
Lakukan Sesuatu
Lakukan aktivitas apapun yang membuat Anda senang. Jalan-jalan, traveling, berenang, bersepeda, berkebun, atau melakukan pekerjaan sulit yang membuahkan hasil, apapun itu yang penting bisa menyenangkan hati.Pada tahun 1990 seorang psikolog kelahiran Czech, Mihaly Csikzenmihalyi, menulis tentang sensasi itu pada bukunya, Flow. Menurut Mihaly inilah saat-saat terhebat dalam hidup, ketika tubuh atau pikiran seseorang ditarik hingga melampaui batas untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat.
“Anda akan sangat serius dengan tujuan Anda saat itu. Namun setelah semua itu dilalui dan Anda melihat hasil yang memuaskan dan bermanfaat dari karya Anda, itulah kebahagiaan yang timbul setelah Anda mengalami “flow”,” terang Mihaly.
Ubah Tindakan
Seorang psikolog dari University Missouri, Ken Sheldon, melakukan 4 penelitian yang melibatkan lebih dari 1000 mahasiswa, untuk mengetahui tingkat kebahagiaan mereka selama satu semester. Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa suatu perubahan-seperti membeli mainan atau gadget baru menghasilkan sebuah kebahagiaan yang sifatnya sekejap.“Mengubah suasana hidup akan memberikan Anda semangat sementara. Namun kemudian Anda akan kembali ke titik awal lagi,” kata Sheldon. Di sisi lain, Sheldon menemukan bahwa mahasiswa yang mengambil aktivitas baru, misalnya seperti berolahraga, bersosialisasi, atau travelling, memperoleh kebagahagiaan yang lebih tahan lama.
Realistis
“Tinjaulah kembali standar hidup yang Anda kejar selama ini. Jangan mematok terlalu tinggi, sehingga menyulitkan Anda atau bahkan mustahil mencapainya. Akibatnya Anda akan frustasi berkepanjangan.Dengan meninjau kembali seluruh standar tersebut dan meyesuaikannya menjadi target yang realistis, diharapkan Anda bisa menjalani hidup lebih optimis dan mudah mengendalikan diri.
Bersyukur
Psikolog dari National Institute for Health Care Research, Michael McCullough dan Robert Emmons telah melakukan penelitian tentang hal bersyukur. Singkatnya, mereka menemukan bahwa bersyukur bisa membuat seseorang lebih bahagia.Mereka meminta para sukarelawan untuk selalu mengisi buku harian selama 2 minggu. Satu grup merekam kesulitan-kesulitan sehari-hari, grup lain mencatat kejadian-kejadian, dan grup ketiga yaitu grup bersyukur, menuliskan 5 hal yang membuat mereka bersyukur setiap hari.
Di hari terakhir penelitian, mereka yang berada dalam grup ‘bersyukur’ merasa lebih bahagia. Pasangan mereka pun melihat terjadinya perubahan. McCullough berkata bahwa orang yang lebih sering bersyukur menjadi lebih optimis dan suka menolong, serta lebih tegar dan berenergi menjalani hidup. (dan)