Kamis, 26 Maret 2015

Saat Aku Ingin Menulis

Entah dari mana aku harus memulai, cerita yg tak ada ujung pangkal.
Orang bilang cinta dan benci memiliki batas yg sangata tipis, mungkin itu yg aku rasa sekarang, dan hal yg paling tidak aku mengerti adalah apakah ini cinta atau benci, susah untuk diungkapkan.

Kembali dari pertemuan kami yg entah sudah berapa lama kami tidak bertemu, disitu kami menjalani rutinitas kami bersama dan keceriaan kami terulang kembali disaat kami merasa saling membutuhkan. disini aku yg terselimuti sara cinta dan entah dia disana melukis rasa dengan warna apa aku blm tau dan aku masih dalam kebingungan, namun hari hari kami tampak normal normal saja, dan tanpa ragu kami mambagi rasa bahagia itu pada dunia.... I am a Happy....

Entah apa yg terpikir oleh diri ini, kebodohan demi kebodohan kami lakukan dengan sadar dan penuh tanggung jawab, tapi tetap saja kami lakukan, dan entah aku ato dia merasakan hal yg sama, namun yg aku harap kebodohan itu akan berubah menjadi ending yg tanpa berakhir. Hemm apa artinya ya...susah untuk dijelaskan tapi bagiku sebuah harapan bahagia harusnya tanpa ada akhir tapi bahagia selamanya.

Sampai pada saat2 aku merasa klo kebodohan itu benar menjadi kebodohan, aku mulai gerah dengan hari2 kami, entah dia masih saja bisa berbuat manis dan aku tidak mengerti apa arti dari semua itu, apakah itu hanya topeng atau dia bener mengharap hubungan itu tetap berjalan mesti tanpa ada komitment. what the hell...aku tak mengerti, sedangkan aku terus merasa dia harus ada buat diriku. batinku berontak antara pergi dan diam dengan rasa yg semakin tidak mengerti.

Waktu berlalu hubungan itu seperti terasa semakin rumit, antara diam sejenak dan berjalan lagi, bagaikan angin yg kadang diam dan kadang bergerak, tapi kebencian dan cinta semakin terasa berperang dalam diri.

Sampai saatnya aku menulis cerita ini, api cinta, cemburu dan benci masih saja berkecamuk dalam diri. Tapi ada saatnya aku sudah mulai berbenah untuk lebih focus dalah hari hari ku yg sebelumnya semua terkacaukan oleh jadwal2 yg tidak penting. Entah karena pengharapan dari dulu yg terlalu tinggi atau aku yg merasa sepi dengan kesendirian, sampai aku mengesampingkan LOGIKA untuk EGO dan EMOSI yg menderu. Aku memang Tergila2 olehnya tetapi alam sadarku mengatakan dan terus berperang klo kamu harus pergi dari situasi ini, ini bukan jalanmu dan ini harus terhapus dari ikatan emosi dan EGO sesaat.

Untuk diriku yg terus bergerak maju, luangkan waktumu sejenak untuk merenung dan berfikir jernih, apa yg seharusnya kamu lakukan, dirimu tidak akan bisa melangkah jika kamu hanya mengepentingkan EGO dan kepedulian terhadap orang yg sengaja atau tidak sengaja mencampakkanmu, entah itu pambrih atau tidak kamu harus lupakan apa yg sudah tumpah dan terhisap tanah, kamu tidak akan diam disatu titik untuk menanti tumbuhnya benih di tanah gersang, bergeraklah mencari oasis oasis yg akan menumbuhkan benih benihmu, lupakan apa yg kau ulurkan dan biarkan mereka minikmati apa yg mereka dapat entah dengan topeng atau dengan keterbukaan dirinya menerima apa yg mereka dapat, karena orang2 gersang akan selalu haus akan embun kesejukan, percuma dirimu menanti tetesan embun di musim kering. camkan dan iklaskan semua tanpa melihat lagi apa yg telah terlewatkan.

Aku menulis ini bukan untuk dia, kamu atapun mereka tapi untuk diriku yg mulai belajar sadar akan dunia yg semakin banyak manusia manusia munafik yg miskin akan etika dan norma. manusia2 yg rela mengorbankan dirinya untuk mendaptkan nikmat gemerlap duniawi, tanpa melihat kedalam dirinya sendiri, yang sebenarnya mereka hanya membutuhkan cinta, kasih. mereka rela membodohi diri untuk EGO dan emosi keduniaan.

Ingatlah klo kita berasal dari tanah, makan dari hasil tanah, hidup ditanah. dan akan mati didalam tanah. Jadi sehebat hebatnya engkau meraih langit ingetlah untuk tetap menginjak tanah..!!

SUARADIKSA
26/03/2015
Untuk terkasih DIA, DIA dan DIA. "cukupkah itu" . . .  ?? cukupkan saja jika tidak cukup carilah dari keringatmu, bukan dari drama kenikmatan.





WELCOME TO 32 COMUNITY